Minggu, 03 Oktober 2010

dm

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik yang menimbulkan gangguan multisistem yang mempunyai karakteristik hiperglikemi yang disebabkan isufisiensi insulin atau kerja insulin tidak adekuat (Bruner and Sudarth, 2001).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komlikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arif Mansjoer dkk, 1999).
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolic kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakadekuatan insulin (Barbara Engram, 1998).
Penyakit kronik ini ditandai oleh hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Abnormalitas metabolik ini mengarah pada perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, ocular, neurologik, dan kardiovaskuler. Ada beberapa tipe diabetes mellitus yang berbeda, penyakit ini berbeda berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah :
1. Tipe I : Diabetes Mellitus tergantung insulin atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus).
2. Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin atau NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus).
3. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes Mellitus gastasional atau GDM (Gastational Diabetes Mellitus)
Yang akan dibahas pada makalah ini adalah Diabetes Mellitus Tipe II atau NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus).

B. Etiologi
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada DM tipe II masih belum diketahui. Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II. Faktor-faktor ini adalah :
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
C. Tanda dan Gejala
Manifetasi klinis dikaitkan dengan konsekuensi tubuh terhadap metabolic defisiensi insulin, klien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa sesudah makan karbohidrat. Kalau hiperglikemianya parah atau melebihi ambang ginjal bagi zat tersebut, maka timbul glukosuria. Glukosuria ini mangakibatkan deuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul ras haus (polidipsi). Karena glukosa hilang bersama urine maka klien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin hebat (poliphagia) yang timbul akibat banyak kalori yang hilang dank lien mengeluh lelah dan ngantuk.
Pada klien NIDDM dapat tidak memperlihatkan gejala apapun. Pada keadaan hiperglikemia yang lebih berat, baru muncul gejala-gejala diatas. Biasanya mereka tidak menderita ketoasidosis. Kalau hierglikemia parah dan klien tidak memberikan respons terhadap terapi diet, mungkin diperlukan terapi insulin untuk menormalakan kadar glukosanya. Klien biasanya memperlihatkan kehilangan sensitifitas perifer terhadap insulin eksogen.
Diabetes Mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga klien tidak akan tahu adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak, buang air kecil sering dan berat badan menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sering kali gambaran klinis tidak jelas dari sudut klien datang berobat kedokter dan kemudian di diagnosa sebagai penderita diabetes mellitus disebabkan keluhan-keluhan :
1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine).
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus).
3. Poliphagia (peningkatan rasa lapar).
4. Rasa lelah dan kelemahan otot.
5. Kelainan kulit : gatal dan bisul.
6. Kesemutan dan rasa baal.
7. Luka atau bisul yang lama sembuhnya.
8. Pandangan yang kabur
9. Infeksi saluran kemih.
D. Patofisiologi
Pada Diabetes Mellitus tipe II masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes Mellitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikaian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah diabetes mellitus tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada DM tipe II. Meskipun demikian DM tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).

E. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan diabetes mellitus menurut Doenges (1999 : 728) adalah sebagai berikut :
Glukosa darah : Meningkat 200-100 mg/dl atau lebih.
Aseton plasma (keton) : Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Asmolalitas serum : Meningkat tapi biasanya kurang dari 330 mOsm/I
Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler) selanjutnya akan menurun.
Fosfor : Lebih sering menurun.
Hemoglobin Glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan adekuat versus DKA berhubungan dengan insiden (mis. ISK baru).
Gas darah arteri : Biasanya menunjukan pH rendah dan penurunan pada HC3 (asidosis alkalosis respiratorik).
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan infeksi.
Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal dehidrasi/penurunan fungsi ginjal).
Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab.
Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan isufisiensi insulin atau gangguan dalam penggunaanya (endogen/eksogen). Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi).
Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan fungsi aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine : Gula dan aseton positif ; berat jenis dan osmolaritas dapat meningkat.
Kultur sensitifitas : Kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Adapun hasil pengkajian yang diperoleh pada pasien dengan diabetes mellitus menurut Doenges (1999 : 726) adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Lelah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur atau istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas. Latergi atau disorientasi, koma dan penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, DM akut.
Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas.
Ulkus pada kaki yang memerlukan penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia.
Perubahan tekanan daerah postural; hipertensi.
Nadi yang menurun/tak ada.
Distrimia.
Krekels; DVJ (GJK).
Kuat panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung.
3. Integritas Ego
Gejala : Stress tergantung pada orang lain.
Masalah financial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka terhadap rangsangan.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokuria.
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan buang air kecil (infeksi), ISK baru/berulang.
Tanda : Urine encer, pucat dan kuning : poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat).
Urine berkabut, bau busuk (infesi).
Abdomen keras, adanya asites.
Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).
5. Makanan/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat (tidak mengikuti diet), penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu, haus, penggunaan diuretic (tiazid).
Tanda : Kulit kering atau bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebuthan metabolic dengan peningkatan gula darah), bau halitosis/manis, bau buah (napas aseton).
6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala atau kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestasia dan gangguan penglihatan.
Tanda :Disorientasi, mengamuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjutan) gangguan memori (bau masa lalu), kacau mental, refleks tendon, dalam (RTD) menurun (koma), aktivitas kejang (tahap lanjutan dari DKA).
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang berat)
Tanda : Wajah meringis dengan pelpitasi; tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak).
Tanda : Lapar udara, batuk dengan atau
9. Makanan/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat (tidak mengikuti diet), penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu, haus, penggunaan diuretic (tiazid).
Tanda : Kulit kering atau bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebuthan metabolic dengan peningkatan gula darah), bau halitosis/manis, bau buah (napas aseton).
10. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala atau kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestasia dan gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengamuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjutan) gangguan memori (bau masa lalu), kacau mental, refleks tendon, dalam (RTD) menurun (koma), aktivitas kejang (tahap lanjutan dari DKA).
11. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang berat)
Tanda : Wajah meringis dengan pelpitasi; tampak sangat berhati-hati.
12. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak).
Tanda : Lapar udara, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi) prekuensi pernapasan.
13. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, prestesia/paralysis oto-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
14. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), pada pria masalah impotensi sedang wanita kesulitan orgasme
15. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seprti steroid, diuretic (tiazid), dilatin dan fenobarbitol (dapat meningkatkan kadar glukosa darah) mungkin atau tidak memerlukan obat diabetic sesuai pesanan.
16. Pertimbangan : DRG menunjukan rata lama rawat 5-9 hari.

17. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan dalam diet, pengobatan, perawatan dan pemantauan terhadap glukosa darah.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (1999 halaman : 729) diagnosa keperawatan pada klien diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan volume cairan b/d deuresis osmotic, diare, muntah, mual, kacau mental.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
3. Resiko tinggi infeksi b/d kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi, infeksi, infeksi pernafasan yang ada sebelumnya atau ISK.
4. Perubahan sensori perceptual b/d perubahan kimia endogen, ketidak seimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
5. Kelelahan b/d penurunan produksi metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolik/infeksi.
6. Ketidakberdayaan b/d penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati.
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d kurangnya informasi.
Sedangkan menurut pendapat lain, Lynda Juall Carpenito (1998 halaman : 143) menyatakan diagnosa yang mungkin timbul adalah :
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan masukan yang melebihi ; pengeluaran aktivitas, kurang pengetahuan dan inefektif koping.
2. Ketidakberdayaan b/d perkembangan komplikasi diabetes.
3. Ketakutan (klien dan keluarga) b/d diagnosa diabetes, potensial komplikasi, injeksi insulin dan dampak negative.
4. Resiko terhadap perubahan pola seksualitas b/d stessor fisik dan psikologis dari diabetes.
5. Resiko terhadap ketidakefektifan koping b/d penyakit kronis, aturan perawatan diri yang kompleks dan masa depan yang tidak pasti.
6. Resiko terhadap ketidakpatuhan b/d kompleksitas dan kronisitas aturan pengobatan.
7. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik b/d ketidakcukupan pengetahuan.
8. Isolasi social b/d kerusakan visual atau kebutaan.
C. Perencanaan
Menurut Doenges (1999 halaman : 729), perencanaan keperawatan pada klien Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan I
Kekurangan volume cairan b/d deuresis osmotic, diare, muntah, mual, kacau mental.
Tujuan jangka pendek : Tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Tujuan jangka panjang : Hidrasi adekuat.
Tindakan Keperawatan
1. Kaji riwayat klien terdekat sehubungan dengan lamanya/intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang berlebihan.
Rasional : Akan sangat membantu dalam memperkirakan kekurangan volume cairan total, tanda dan gejala mungkinsudah ada beberapa hari sebelumnya
2. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.
Rasional : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia, perkiraan berat dan ringan hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik klien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi baring.
3. Kaji suhu, warna kulit dan kelembabannya.
Rasional : Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi.
4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa.
Rasional : Merupakan indicator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
5. Pantau pengeluaran dan masukan, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
6. Ukur berat badan klien tiap hari.
Rasional : Agar dapat membantu status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
7. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 cc/hari dalam batas yang dapat ditoleransi oleh jantung.
Rasional : Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi cairan.

Diagnosa Keperawatan II
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
Tujuan jangka pendek : Tingkat energi kembali normal, jumlah nutrisi kembali adekuat, berat badan kembali stabil/bertambah dan menghabiskan porsi yang disajikan.
Tujuan jangka panjang : nutrisi dapat terpenuhi.
Tindakan Keperawatan
1. Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi.
Rasional : Mengetahui pemasukan makanan yang adekuat.
2. Tentukan program diet dan pola makanan dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan klien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri perut, kembung mual, muntahan, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi.
Rasional : Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas atau fungsi lambung.
4. Libatkan keluarga klien pada perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya, dalam upaya penyembuhan.
5. Observasi tanda-tanda hiperglikemia, seperti tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsangan, cemas, sakit kepala dan pusing.
Rasional : Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah akan berkurang, sedangkan insulin tetap diberikan maka hipoglikemia dapat terjadi).
6. Kolaborasi dengan ahli diet untuk pemberian diet.
Rasional : Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi nutrisi klien.
Diagnosa Keperawatan III
Resiko tinggi infeksi b/d kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernapasan yang ada sebelumnya atau ISK.
Tujuan jangka pendek : Mendemonstrasikan teknik aseptic dan tanda-tanda infeksi tidak ada.
Tujuan jangka panjang : Infeksi tidak terjadi.
Tindakan Keperawatan
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen, urine warna merah atau berkabut.
Rasional : Klien masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nasokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada orang yang berhubungan dengan klien termasuk klien sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3. Pertahankan tehnik aseptic pada prosedur invasive (seperti pemasangan infuse, kateter dan sebagainya).
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan kuman.
4. Pasang kateter lakukan perawatan perineal dengan baik dan anjurkan untuk membersihkan daerah perinealnya dari depan kebelakangsetelah eliminasi.
Rasional : Mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih. Klien DM wanita lansia merupakan kelompok utama yang paling beresiko terjadinya infeksi saluran kemih/vagina.
5. Kolaborasi dengan tim laboratorium, lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai indikasi.
Rasional : Untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih/memberikan terapi antibiotic yang terbaik.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic yang sesuai dengan indikasi.
Rasional : Penanganan awal atau pemberian antibiotic dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
Diagnosa Keperawatan IV
Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual b/d perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
Tujuan jangka pendek : Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Tujuan jangka panjang : Mempertahankan tingkat mental biasanya.
Rencana Tindakan
1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasr untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
2. Panggil klien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhan, misalnya nama tempat, orang dan lain-lain.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realistis.
3. Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai indikasi.
Rasional : Edema /lepasnya retina, hemiragis, katarak, atau paralysis, otot ekstraokuler sementara mengganggu penglihatan yang memerlukan terapi korektif.
4. Selidiki adanya keluhan parasitemia, nyeri atau kehilangan sensori paha atau kaki, perhatikan adanya ulkus, daerah kemerahan, daerah tertekan.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat untuk mengatasi diabetes ketoasidosis yang sesuai dengan indikasi.
Rasional : Gangguan dalam proses pikir/potensial terhadap aktivitas kejang biasanya hilang bila keadaan hiperosmolaritas.
6. Kolaborasi dengan tim laboratorium untuk pemantauan tingkat gula.
Rasional : Ketidakseimbangan nilai laboratorium ini dapat menurunkan fungsi mental.
Diagnosa Keperawatan V
Kelelahan b/d penurunan energi metabolic, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolik/infeksi.
Tujuan jangka pendek : Menunjukan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Tujuan jangka panjang : Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Rencana Tindakan
1. Diskusikan dengan klien kebutuhan aktivitas, buat jadwal perencanaan dengan klien dan identifikasi akan aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas meskipun klien sangat lemah.
2. Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup/tanpa diganggu.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3. Pantau nadi, frekuensi dan pernapasan serta tekanan darah sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang bias ditoleransi secara fisiologis.
4. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
Rasional : Klien dapat melakukan lebih banyak dengan penurunan kebutuhan akan energi setiap kegiatan.
5. Tingkatkan patrisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan/harga diri yang positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi klien.
Diagnosa Keperawatan VI
Ketidakberdayaan klien b/d penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati.
Tujuan jangka pendek : Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Tujuan jangka panjang : Mengakui perasaan putus asa dan mengetahui cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
Rencana Tindakan
1. Kaji bagaimana klien telah menangani masalahnya dimasa lalu, identifikasi focus kontrol.
Rasional : Pengetahuan gaya hidup individu membantu untuk menentukan kebutuhan terhadap tujuan penanganan. Klien yang mempunyai focus pusat control internal biasanya memperlihatkan cara untuk meningkatkan control terhadap program pengobatan sendiri.
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membantu sepenuhnya terhadap klien.
Rasional : Meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan keluarga untuk memecahkan maslah dan membantu mencegah terulangnya penyakit klien.
3. Tuntutan tujuan atau harapan dari klien dan keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau dirinya sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi/kehilangan control diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
4. Tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan orang terdekat.
Rasional : Perkembangan psokologis atau neuropati visceral mempengaruhi konsep diri (terutama fungsi peran seksual) mungkin menambah stress.
5. Berikan dukungan pada klien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukan.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi pada saat sekarang ini.
Diagnosa Keperawatan VII
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d tidak mengenal sumber informasi atau kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan jangka pendek : Mengetahui hubungan tanda dan gejala dengan proses penyakit serta faktor penyebab dari penyakit DM.
Tujuan jangka panjang : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Rencana Tindakan
1. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada untuk klien.
Rasional : Menanggapi dan memperhatikan prlu diciptakan sebelum klien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2. Bekerja dengan klien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan.
Rasional : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama pasien dengan prinsip-prinsip yang dipelajari.
3. Pilih berbagai strategi belajar, seperti tehnik demonstrasi yang memerlukan keterampilan dan membiarkan klien mendemonstrasikan ulang.
Rasional : Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi pada klien yang belajar.
4. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan serat tinggi dan cara untuk melakukan makan diluar rumah.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya control diet akan membantu klien dalam merencanakan makan, mentaati program, serat dapat memperlambat absorpsi glukosa yang akan menurunkan fluktuasi kadar gula dalam darah.
5. Tekankan pentingnya pemeriksaan gula darah setiap hari, waktu dan dosis obat, diet, aktifitas, perasaan sensasi/peristiwa dalam hidup.
Rasional : Membantu dalam menciptakan ganbaran nyata dari keadaan klien untuk control penyakitnya dengan baik.
6. Identifikasi gejala hipoglikemia misalnya lemah, pusing, letargi, lapar dan peka rangsangan, diaforesis, pucat, takikardi, tremor, sakit kepala dan perubahan mental.
Rasional : Dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal dan mencegah atau mengurangi kejadiannya.
Diagnosa Keperawatan VIII
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan mobilisasi dan kelemahan fisik
Hasil yang diharapkan : Klien menunjukkan peningkatan energi yang ditandai dengan mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan dalam waktu 3 hari.
Intervensi:
1. Observasi nadi, pernapasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional: Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
2. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
Rasional: Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
3. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional: Untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat yang dapat ditoleransi.
Rasional: Meningkatkan kepercayaan diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
5. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien.
Rasional: Mengurangi kebutuhan energi
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik( Lyer, Er, Al, 1996). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan dilanjutkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakanuntuk memodifikasi factor- factor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu dalam pasien mencapai tujuan yang telah di tetap kan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan manisfestasi koping. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus bekerja sama dengan pasien, keluarga serta anggota tim kesehatan yang lain sehingga asuhan yang di berikan dapat optimal dan komprehensif.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor ” kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Adapun evaluasi yang diharapkan pada penyakit Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosa yang muncul adalah bebas dari nyeri, kadar gula darah dalam batas normal, bebas dari malnutrisi, pasien bebas dari infeksi dan dapat beraktivitas serta pengetahuan bertambah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

perawat

perawat
bersama